1.12.2009

Refleksi Pengajian Siaware: Hijrah dan Penanggalan Islam

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu ...." (QS. At-Taubah: 36)

Ini adalah rangkuman pengajian siaware tanggal 29 Desember 2008. Agak sulit merekonstruksi informasi pengajian ini karena materi menjadi cukup melebar ke beberapa pokok persoalan. AlhamduliLlah bisa terselesaikan. Ada sejumlah tambahan yang saya sisipkan demi mempermudah gambaran informasi pengajian yang insyaAllah tidak mengubah esensi dari materi yang disampaikan (setidaknya berdasarkan apa yang saya tangkap).

Bulan Muharrom adalah bulan permulaan dari penanggalan Islam. Bulan ini adalah bulan yang istimewa karena banyak kejadian penting dalam sejarah yang terjadi di bulan ini-selain itu istimewa karena adanya larangan Allah untuk berperang pada bulan ini bersama tiga bulan lainnya, kecuali jika diperangi terlebih dahulu-. Beberapa peristiwa penting itu adalah diselamatkannya Nabi Ibrahim ketika ia dibakar oleh raja Namrudz, diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Fir'aun, serta diselamtkannya Nabi Yunus dari perut ikan.

Adapun penanggalan Islam ini disandarkan pada peristiwa hijrahnya RasuluLlah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijarah sendiri merupakan salah satu peristiwa yang menjadi wahana seleksi keimanan. Seleksi iman lainnya adalah turunnya ayat pertama, peristiwa isra' mi'raj, dan pemindahan arah kiblat.

Ketika turun ayat pertama lalu Rasulullah mulai berdakwah, tidak serta merta semua orang beriman walaupun pada saat itu beliau dikenal sebagai orang yang paling jujur. Inilah seleksi iman yang pertama karena memperlihatkan siapa yang benar-benar memusuhi Islam. Yang paling terlihat yaitu Abu Lahab, yang tak lain adalah paman dan mertua Rasulullah sendiri. Permusuhannya yang demikian keras membuat Allah menurunkan sebuah surat yang menjelaskan Abu Lahab dan keadaannya. Inilah satu-satunya surat yang tidak menyebut Allah atau nama-nama yang disandarkan kepadaNya sama sekali. Dan ini adalah salah satu bukti kebenaran Al-Qur'an bahwa Abu Lahab akan tetap durhaka. Padahal jika Abu Lahab berdamai dengan RasuluLlah dan mengikuti ajarannya walaupun sekedar berpura-pura, surat ini terbantahlah sudah. Tetapi yang terjadi adalah Abu Lahab makin memusuhi RasuluLlah. sungguh Allah Mahatahu.

Ketika peristiwa isra' mi'raj terjadi, sebagian kaum muslimin ada yang goyah keyakinannya. Secara logika, mereka tidak bisa menerima bahwa ada seseorang yang mampu melakukan perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis (Yerussalem) bahkan ke langit ke tujuh hanya dalam tempo semalam. Inilah seleksi iman yang membedakan orang yang sungguh-sungguh yakin dan orang yang masih ragu dengan ajaran yang dibawa RasuluLlah. Pada peristiwa ini, Abu Bakar adalah orang yang langsung percaya dengan pemberitaan RasuluLlah soal ini tanpa berpikir-pikir sehingga sejak itulah ash-shiddiq disandarkan kepada beliau. Para orang yang mendustakan dan ragu akhir terbungkam ketika kafilah-kafilah dagang Quraisy kembali dari perjalan niaga mereka dari baitul Maqdis. RasuluLlah dapat menceritakan apa yang mereka lakukan dengan tepat apa yang mereka lakukan pada malam hari saat peristiwa isra' mi'raj itu, sementara mereka berada di pertengahan jarak Makkah dan Baitul Maqdis (Silakan merujuk kitab-kitab sirah nabawiyyah).

Peristiwa hijrah juga merupakan seleksi iman. Banyak orang yang merasa enggan berhijrah karena merasa sayang meninggalkan harta yang mereka kumpulkan, atau perniagaan yang mereka miliki, atau pekerjaan yang menghidupi, atau bahkan keluarga. Masih ada yang punya kecenderungan pada dunia walaupun telah datang perintah Allah secara gamblang tentang hijarh ini.

Demikian pula pemindahan arah kiblat dari Masjid Aqsho di Baitul Maqdis ke arah ka'bah di Masjid Harom, Makkah. Banyak orang yang tidak terima dan kembali pada kekufuran dengan perintah ini. Allah berfirman:
"Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata, 'Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah, "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.' Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS. Al-Baqoroh: 142-143)

Berkaitan dengan hijrah, maka perintah hijrah ini tetap berlaku sampai saat ini bagi kaum Muslim. Bukan dalam bentuk hijrah tempat melainkan hal-hal lain di luar itu, semisal soal sikap, perkataan, perbuatan, dan sebagainya. Akan tetapi, hal yang patu diperhatikan bahwa hijrah berkaitan dengan iman, maka ketika seseorang berhijrah menuju suatu kebaikan ada hal yang patut dipertnyakan. Apa motif dari hijrah itu? Hijrah yang sesungguhnya bukan tentang memenuhi ego dan nafsu. Hadits Nabi:
".... 'Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu apa yang bisa kita lakukan dalam rangka hijrah ini? Mulailah dari hal-hal sederhana saja, seperti men-syi'ar-kan istilah-istilah yang lebih selamat dari sisi agama, misalnya memakai istilah 'hari Ahad' daripada 'hari Minggu'. Termasuk hijrah juga adalah memperhatikan penanggalan Islam sebagaimana mestinya, karena pada dasarnya ada siklus ibadah yang secara tahunan yang perlu kita ketahui. Bukankah pada tanggal 9-10 Muharrom ada puasa asyuro' yang sangat baik untuk dikerjakan? Bukankah ada tiga hari di pertengahan setiap bulan yang kita dianjurkan juga untuk berpuasa? Bukankah penting masalah penentuan tanggal 1 Romadhon yang berkaitan dengan ibadah romadhon? Bukankah perlu diketahui masalah perhitungan takaran zakat dari segi waktu? Dan masih banyak ibadah-ibadah yang patut untuk diketahui dan diamalkan, sementara ibadah-ibadah tersebut berkaitan dengan masalah bilangan waktu.

Kalau kita tidak tahu penanggalan Islam bagimana meraih keutamaan-keutamaan dari ibadah, bukan?

Wallahu a'lam bi ash-showab

No comments: