9.29.2007

Anger and my Romadhon

Okay, time to write… (again!)

This fasting month is really special for me. It becomes special not because significant changing on praying, though even decrement that I feel. How sad… :(

The reason why this romadhon is so special is the time for me to reflect myself. I have been tested through my passion since so many thing I feel so wrong. And even worse, those come from my environment, my friend. I have been mad. Not to them, but myself. I mad because I cannot do anything to make it right.

Let me tell several stories that amend my mood to the bottom…


  • On a meeting, suddenly, my friend asked the aim of our event since her did know nothing about it. She asked why we just talked about technical not the conception. God, I almost blasted into mad. I think her questions didn’t make sense. It’s natural she didn’t know after she had not even got involve with us several time before. She among us, but what she did just playing around, talked around, or laughing around. She didn’t ask, even. Thank God, people there patient enough to explain her.

  • Several friends in our discussion kept shouting dirty jokes, ghibah, and laughing at people. I don’t understand, how come this habit even worse in this time. Time that we should be doing something best (it’s romadhon, right?). And I exploded; I got mad and told to them. I hope they can accept my words and change.

  • One of my friends broke his promise. Bad, he didn’t ask apologize and even make excuses.

Ah, how hard this romadhon. But several experiences I had just enrich me about life. I can reflect myself from someone else’s attitude.
You cannot give something if you don’t have it.
When you get mad at someone, it may tell you are just alike him.

9.15.2007

Rileks' Gathering (in Fasting Month)

It was great today. I and other Rileks members spent this afternoon by gathering (silaturrahmi) along with break the day third of fasting Romadhon. Something that has to be noted, this event happened by solid team that worked several time before the day.

The idea of this gathering appeared three weeks before fasting month between me, Riesa (rie~star), Muthe (parz), Danze (danze), Bhas (Mr. Bhass), Dita (bajajpinky), and Eddy (eddy). We thought that it’s necessary to gathered again and Romadhon is the best moment to make it true. Days later, it’s decided Dita to lead this event and I as treasurer. Three weeks we worked: collect money, order the meals and drinks, arrange the rundown, etc. Thanks God, each people contributed well.

And, amazingly, the participants of this event just exceeded my expectation. More than 80 people came by and embellished the divine afternoon, even though several people canceled their coming. The atmosphere felt warm between us. Several members told their trace of this gathering. Someone said Rileks is his new family. Another one spoke Rileks is place that he could really relax. It’s great, wasn’t it?

My God, it is a great grateful to you for exceptional afternoon we spent today and hope You always lead us to straight path.

SIAWARE 12

For the feeling called love, I was there for you
For the lust of lessons, I’d decided to take part

And…,
I’ve seen incredible extraordinary people

You all burnt my spirit to give
Better than my best
Since I saw
Bright reflection within myself
By your verbal, whim, and expression

Though we’d just met
Though for a flash flicker
I felt knowing you for eons

You’ve been coming
To complete my journey of being
For that whole things
Thank you…

,iiii

[Dedicated to 97 members and facilitators team of SIAWARE 12]

9.13.2007

Gurindam Duabelas

This, I write down the old Melayu literature named Gurindam Duabelas. I saw the original verse while I was going to Kepri islands.


INILAH GURINDAM DUA BELAS
Karya Raja Ali Haji

Persimpangan yang indah-indah
Yaitulah ilmu yang membei faedah

Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur


GURINDAM FASAL YANG PERTAMA

Barangsiapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barangsiapa mengenal yang empat
Maka ia itulah orang yang ma'rifat

Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan Yang Bahri

Barangsiapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya

Barangsiapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat


GURINDAM FASAL YANG KEDUA

Barangsiapa yang mengenal tersebut
Tahulah ia makna takut

Barangsiapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang

Barangsiapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasya

Barangsiapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat

Barangsiapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji


GURINDAM FASAL YANG KETIGA

Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jatuh tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fiil yang tiada senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilangsemangat

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan membawa rugi


GURINDAM FASAL YANG KEEMPAT

Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh

Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

Jika sedikit pun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka

Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah

Barangsiapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membaut kasar

Barangsiapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor

Di mana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi

Pekerjaan ta'bur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih


GURINDAM FASAL YANG KELIMA

Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia
Lihat kepada kelakuan dia

Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu

Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai


GURINDAM FASAL YANG KEENAM

Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru

Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri

Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan

cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi


GURINDAM FASAL YANG KETUJUH

Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itulah tanda mimpikan duka

Apabila kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih

Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kubang

Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sahajalah umur

Apabila mendengar akan khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar

Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut

Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar

Apabial pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat honar


GURINDAM FASAL YANG KEDELAPAN

Barangsiapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya

Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya

Lidah yang suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya

Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar

Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada syirik mengaku kuasa

Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan

Keaiban orang jangan dibuka
Keaiban diri hendaklah sangka


GURINDAM FASAL YANG KESEMBILAN

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan

Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa

Kepada segala hamba raja-raja
Di situlah syaitan tempatnya manja

Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan

Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi seteru


GURINDAM FASAL YANG KESEPULUH

Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tiada murka

Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat

Dengan anak janganlah lalai
supaya boleh naik ke tengah balai

Dengan isteri janganlah alpa
Supaya malu janagn menerpa

Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil


GURINDAM FASAL YANG KESEBELAS

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

Hendaklah jadi kepala
Buang perangai yang cela

Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat

Hendak marah
Dahulukan hujah

Hendak dimalui
Jangan melalui

Hendak ramai
Murahkan perangai


GURINDAM FASAL YANG KEDUABELAS

Raja muafakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri

Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

Hukum adil atas rakyat
Tand raja beroleh inayat

Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

Kepri Photographs

The wind of the sea caressed the face


Welcome to Penyengat Island


Masjid Raya Sultan Riau, Penyengat Island


Khusyu'


Entering Balai Adat Melayu Indera Perkasa, Penyngat Island


Budha Statue, Senggarang Island


Budha Statue, Senggarang Island


Delicious


Balerang Bridge


Body Tree (Suicide Place of Vietnamese Refugees), Galang Island


Monument of Refugee's Ship, Galang Island

9.12.2007

Fasilitator Batam (Facilitator in Batam)

For this, still, I prefer to write in Bahasa Indonesia.

Pengalaman menjadi fasilitator di Batam adalah sebuah anugerah. Saya menghadapi sebuah momen di mana saya mesti mengendalikan diri sendiri. Mengendalikan diri? Tentu saja dan ini sungguh luar biasa karena melibatkan emosi manusia nyaris empat ratus orang. Dan untuk kesekiankalinya saya belajar tentang hidup.

Saya seolah-olah bercermin dengan segala hal yang ditampilkan peserta. Totalitas sekaligus penolakan merupakan sesuatu yang saya lihat dari wajah-wajah peserta, dan sungguh fase-fase itu juga pernah saya alami. Menjadi kontributor sekaligus pembangkang merupakan warna yang saya lihat dalam ruangan training, dan sungguh itu juga adalah bagian dari lembaran hidup saya. Dalam rupa ragam tingkah yang ditampilakan, saya senatiasa belajar tentang diri saya sendiri.

Terkadang saya merasa lucu dan juga malu. Bahwasanya saya telah menjalani training serupa dua tahun yang lalu. Pun beberapa kali saya telah menjadi fasilitator. Banyak yang berubah, namun sungguh masih lebih banyak yang harus dibenahi dalam diri. Saya sungguh bersyukur bahwa sahabat-sahabat baru yang saya temui di Poltek Batam ini telah mengajarkan saya untuk memenuhi kontrak saya. Mereka bukan sekedar sahabat. Mereka guru. Terimakasih.

Tandang ke Kepri (Went to Kepri)

Rushing months. It is long time not to write since the last time I posted here. So many experiences about events, journeys, people uproar within my mind. It’s about time dragged me to write nothing. This is it, I am writing now. However, I’d like to write in Bahasa Indonesia for this time being.

Baiklah, untuk bagian pertama, saya akan menuliskan pengalaman saya bertandang ke Kepulauan Riau beberapa waktu yang lalu. Perjalanan ini sungguh menarik karena saya melihat suatu keragaman yang begitu mengagumkan dari pulau-pulau yang saya kunjungi.

Pada bulan Mei yang lalu saya ditawari oleh Ibu Linda untuk menjadi fasilitator dalam training yang ditanganinya untuk mahasiswa Poltek Batam. Saya menerima tawaran itu sehingga di akhir Agustus saya terbang menuju Batam. Awalnya, pada tanggal 27 Agustus saya berangkat ke Jakarta bersama fasilitator yang lain: Chendy, Andik, dan Wibi. Kami menginap satu malam di tempat Ibu Linda dan ternyata sudah ada Mas Enang di sana yang juga akan menjadi fasilitator dalam training tersebut. Keesokan paginya bergabung dengan fasilitator lain (Dodi, Mbak Yayuk, dan Mbak Erni) di Bandara Soekarno-Hatta. Sekitar pk. 7.30 kami diangkut AirAsia menuju Batam.

Pertama kali menginjak Batam, saya mendapat kesan bahwa pulau ini cukup subur walaupun panas. Akan tetapi, dugaan saya sama sekali salah sebab di luar Bandara Hang nadim saya melihat kondisi bentang alam Batam yang sesungguhnya. Tanah batam tidak dapat dikatakan subur, berwarna merah dan cenderung bercadas. Ketika hujan, terlihat jelas bagaimana air sangat sulit menyusup ke dalam tanah. Udara pantai yang panas dan asin teraromai sangat kuat. Kondisi seperti ini mengingatkan saya akan tanah kelahiran di Nusa Tenggara Barat yang juga berudara pantai.

Satu hal yang saya lihat dari Batam adalah pembangunan fisik yang terlihat sangat masif di setiap sisi pulau ini. Tampaknya ini konsekuensi dari statusnya sebagai daerah kawasan industry yang secara geografis sangat dekat dengan Singapura. Pembangunan yang cukup pesat dan janji hidup yang lebih baik di sana telah mendorong orang-orang datang ke pulau ini. Saya cukup terkejut mendapati bahwa suasana Melayu di daerah ini nyaris tidak ada. Pluralitas telah menjadi warna di sana. Orang pertama yang saya temui justru berdialek Jawa Tengah yang kental. Beberapa yang saya temui juga berlogat yang bukan Melayu. Ada yang Jawa, Palembang, Batak atau Padang.

Sehari kemudian setelah tiba di Batam, kami disibukkan oleh training selama dua hari (29-30/8) yang cukup menguras energi namun sangat menyenangkan. Cerita tentang training ini akan saya ceritakan dalam kesempatan lain saja. Yang pasti dari training itu saya melihat betapa daerah ini telah mendidik manusianya menjadi pejuang lebih dari yang saya bayangkan sebelumnya.

Pasca training (31/8), saya dan tim fasilitator yang saya sebut tadi mengadakan perjalanan ke pulau-pulau di sekitar Batam. Dari yang saya sebut sebelumnya ada tambahan orang dalam perjalanan kami ini, yaitu Bang Lendi, Kak Ira, Putri, Pak Arief, Mbak XXX (lupa namaya :-P), dan Yoli. Pulau pertama yang kami tandangi adalah Bintan dimana ibukota Kepri, Tanjung Pinang, berada di pulau ini.

Tanjung Pinang memberi gambaran awal yang cukup menarik tentang budaya Melayu. Kebetulan hari itu adalah hari Jumát. Saya melihat pria-pria yang bergegas menuju masjid dengan tampilah yang sangat berbeda dengan yang saya temui di tempat lain. Mereka memakai pakaian tradisioanal (baju dan celana) berwarna cerah seperti kuning dan merah muda. Sarung khas dipakai hanya menutupi hingga sebatas lutut. Saya senang sekali melihat pemandangan ini. Tapi yang berkesan dari kunjungan ini sebenarnya adalah menikmati kuliner di sini. Untuk pertama kalinya saya merasakan makanan yang bernama mi lender. Ini adalah mi telor dengan siraman kuah tertentu berwarna coklat yang sepertinya dengan bahan dasar kacang. (Agak lupa pastinya.) Sorenya (setelah berkunjung ke Pulau Penyengat dan Senggarang) kami menikmati makanan laut di daerah Batu Licin. Tempatnya sangat jauh tapi citarasa yang disajikan membuat semua kesulitan yang terasa untuk mencapai daerah ini terobati. Kepiting-kepiting yang disajikan besar-besar, udang goring tepungnya juga nikmat.

Suasana Melayu lebih kental terasa di Pulau Penyengat. Dari segi arsitektur kita bisa menyaksikan masjid bersejarah peninggalan Kerajaan Melayu. Masjid tersebut konon dilapisi kulit telur pada bagian kubah sehingga seringkali dinamakan masjid telur. Warnanya yang kuning cerah sangat menarik mata. Ada cerita bahwa barang siapa yang berdoa dengan khusyu’ di masjid ini dia boleh jadi didatangi oleh Orang Bunian yang akan menjawab pertanyaan orang tersebut setelah selesai berdoa/sholat di sana. Orang Bunian adalah penduduk asli pulau tersebut. Saya sendiri tidak terpengaruh dengan cerita-cerita semacam itu. Pokoknya sholat yang khusyu’ saja sembari menikmati keindahan arsitektur masjid tersebut. Satu hal lagi yang menarik adalah terdapatnya mushaf Al-Qurán dari abad pertengahan yang bergaya Turki. Mushaf al-Qurán ini meniadakan sejumlah tanda baca di dalamnya demi setiap orang punya penafsiran sendiri tentan apa yang dibacanya dalam gaya penulisan semacam itu. Terlepas dari benar tidaknya, tetap saja kitab tersebut adalah asset yang berharga. Sayang sekali bagian dalam masjid dan mushaf itu tidak boleh difoto.

Sholat Jumát yang saya lakukan di tempat ini memberi saya pengalaman baru. Terdapat beberapa prosesi yang tampaknya dibawa sejak jaman kerajaan dulu. Khutbah dilakukan oleh khatib dengan memegang suatu tongkat logam (mungkin dari kuningan). Di sini khatib tidak otomatis sebagai imam Sholat Jumát. Perempuan dijinkan juga untuk ikut sholat Jumát. Tempat perempuan adalah semacam panggung berkerangka.

Perjalanan di penyengat dilanjutkan dengan mengunjungi sejumlah situs sejarah seperti makam-makam raja yang dimakamkan di Pulau Penyengat. Di salah satu situs makam terpahat ‘Gurindam Duabelas’ yang asli. Kekayaan sastra Melayu memang luar biasa.

Kami juga berkunjung ke balai adat yang menghadap pantai. Di bawah bangunan yang berbentuk panggung itu ada sebuah sumur yang airnya sangat segar dan tidak payau sama sekali. Ini agak mengherankan mengingat bahwa jarak sumur dan pantai hanya sekitar seratus meter.

Dari Penyengat kami bertolak ke Senggarang. Pulau ini punya atmosfer yang beda karena suasana oriental begitu kental di sini. Dua klenteng Cina menyambut kami begitu berlabuh di pulau tersebut. Di sisi klenteng ada kolam ikan dengan patung Dewi Kwam Im dan Nacha (betul tidak ya, namanya seperti ini?) yang menjadi satu bagian dengan kolam tersebut. Di dalam klenteng rupanya dipelihara kura-kura. Mitosnya, kalau berdoa kemudian menjatuhkan koin tepat di atas kepala kura-kura tersebut maka doa itu akan terkabul. Ada-ada saja ya….

Tidak jauh dari klenteng-klenteng itu terdapat vihara Budha. Ada patung Budha yang demikian besar dengan tangan-tanganya yang begitu banyak. Suasana ranah Tiongkok yang begitu kental berdampingan dengan budaya Melayu yang masih asli membuat saya berpikir bahwa toleransi di Kepri ini berjalan demikian baik. Di Senggarang ini kami tidak mengobservasi lebih jauh karena mengejar untuk sampai di tanjung pinang sebelum Ashar. Tiba di Tanjung Pinang lagi, kami melaju ke Batu Licin seperti yang saya telah ungkapkan di atas. Menjelang malam kami kembali bertolak ke Batam.

Pagi esoknya (1/9), kami melakukan perjalan menuju Pulau Galang yang terletak 35 km dari Batam. Kami tidak melakukan perjalan lewat laut karena Pulau Batam, Rempang, dan Galang dihubungkan oleh jembatan Barelang. Jembatan ini unik karena salah satunya mirip dengan Golden Gate di California itu. Yang lain berasitektur lengkung yang sebenarnya juga tidak kalah unik.

Pulau Rempang punya kontur tanah yang agak berbeda dengan Batam. Tamapknya pulau ini lebih subur karena tidak lagi saya lihat tanah-tanah merah. Beberapa malah saya lihat agak berawa-rawa. Tidak banyak kesan saya di pulau tersebut karena cuma lewat saja.

Pulau Galang menurut saya adalah yang paling menarik karena tempat ini adalah saksi sejarah perang saudara di Vietnam dahulu. Apa pasal? Tempat ini merupakan tempat pengungsi perang tersebut yang jumlahnya mencapa ratusan ribu orang. Perahu yang mereka gunakan dahulu telah dimonumenkan. Selama nyaris tigapuluh tahun para pengungsi itu hidup di kamp-kamp konsentrasi di pulau ini. Mereka akhirnya dikembalikan ke Vietnam atau menuju negara-negara ketiga yang mau menampung mereka. Ada pula yang memilih bunuh diri karena tidak mau kembali ke negeri asal.

Kata teman yang turut serta dalam perjalanan itu, suasana Galang seram. Akan tetapi, sebaliknya, saya merasa sedih. Hal ini tidak dapat saya jelaskan. Peninggalan-peninggalan orang Vietnam seperti kuil dan gereja tampak tak terurus. Sayang sekali. Pulau itu sepi, dan sepertinya hanya didiami oleh orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga situs-situs sejarah di situ.

Satu hal yang mengharukan bahwa ternyata para pengungsi Vietnam tersebut sangat antusias setiap perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan jauh lebih antusias dari penduduk asli di sana. Saya diceritakan bahwa mereka berpakaian rapi dan mendekor rumah-rumah, sekolah-sekolah, jalan-jalan dengan luar biasa sehingga perayaan kemerdekaan Indonesia justru sangat semarak.

Kekelaman akibta perang terpancar dari wajah-wajah sendu mereka yang saya lihat dari foto. Syukurlah mereka yang akhirnya pergi ke negeri ketiga dikabarkan menjadi sukses. Dan Pulau Galang hanya meningglakan lengang dan cerita-cerita mistis yang menegakkan bulu kuduk. Sayang, sungguh sayang.

Perjalanan ke galan adalah yang terakhir sebelum kami kembali terbang menuju Jakarta. Perjalanan berkeliling pulau-pulau di Kepri sungguh merupakan pengalaaman luar biasa. Mudah-mudahan ada rezeki untuk berkunjung ke daerah-daerah lain di Indonesia. Saya percaya banyak tempat-tempat lain yang tidak kalah luar biasa. Target kunjungan berikutnya: Belitung, Karimunjawa, Raja Ampat.

N.B.: Foto-foto menyusul. Tidak sempat memindahkan nih... :D

Today's Inspiration (0709)

ATTEMPT From Baltasar Gracián y Morales

Attempt easy tasks as if they were difficult, and difficult as if they were easy; in the one case that confidence may not fall asleep, in the other that it may not be dismayed.

About Baltasar Gracián y Morales
Baltasar Gracián y Morales, the Jesuit scholar and moralist author, was the leading Spanish proponent of conceptism (conceptismo), a method of expressing ideas through puns, epigrams, and other verbal devices. He was born in 1601 in Aragon. The Jesuit leadership frowned on his oratorical style, which included reading a letter from Hell to his congregation. His best known books include The Art of Worldly Wisdom and The Hero, which repudiated Machiavelli. He died in 1658.

Romadhon

Romadhon has arrived. Hope to get the entire best thing in this month.