11.19.2010

Hidup dalam Quotation

Sepoi-sepoi kalimat surga, membuat semangatku meluap-luap.
Namun tiada lama, aku kembali lelap.

11.16.2010

Dialog Air

Suatu ketika, seorang laki-laki berjalan menuju sebuah sungai. Dilihatnya air yang mengalir, dan segera saja ia merasa betapa indahnya hidup tanpa beban seperti air yang dipandanginya itu.

"Saya ingin hidup sepertimu, wahai air!"

Air sungai itu tiba-tiba beriak dan menanggapi perkataan laki-laki itu, "mengapa?"

Laki-laki itu terkejut, namun segera dijawabnya pertanyaan sang air.

"Karena engkau mengalir tanpa harus berpikir, hanya mengikuti arus yang membawamu. Tanpa beban!"

"Ah..., manusia selalu memandang aku secara keliru. Semena-mena hendak menyandarkan hidupnya layaknya aku, tetapi kalian tidak tahu apa-apa. Atau tepatnya, tidak mau tahu!"

"Maksudmu?"

"Aku adalah tentang kerja keras."

"Saya tidak mengerti."

"Bukankah sudah kukatakan, manusia tidak pernah mau tahu."

"Ceritakanlah kepadaku tentang kesejatian dirimu."

"Aku yang kalian lihat begitu lembut sejatinya adalah pekerja keras. Diriku yang terperangkap di dalam bumi, menyusup ke celah-celah terhalus bebatuan dan tanah untuk bisa keluar menjadi mata air. Jika aku tak berjuang, selamanya aku berada di dalam bumi. Dan perjuanganku tanpa sadar menggerus bebatuan. Aku mengubah yang kasar menjadi halus. Yang keras menjadi lunak.

"Aku yang kalian lihat sekedar mengalir pada dasarnya tengah memurnikan kembali diriku yang terkotori. Aku melarutkan berbagai sampah yang kalian berikan bagi tubuhku. Terkadang aku mampu, namun lebih sering aku kalah oleh kekalapan kalian mengotoriku. Tetapi aku terus berjuang, bahkan ketika telah sampai ke samudera.

"Aku juga merelakan diri untuk bertransformasi. Menjadi uap yang siap diterbangkan oleh angin kemanapun. Atau mampu menjadi sekokoh batu dengan membeku. Transformasiku bukan tanpa makna. Pada akhirnya aku akan kembali menjadi bentuk sejatiku. Tetapi lebih murni.

"Mineral yang terbawa olehku tidak membuatku menjadi sesuatu yang berbeda. Di pegunungan, di lembah, di dataran tinggi, di dataran rendah, di laut, aku tetap dikenal sebagai air.

"Dan aku berjuang, bukan semata-mata karena diriku sendiri. Aku berjuang untuk selain diriku: tumbuhan, binatang, dan manusia. Aku tetap berjuang bahkan ketika manusia -yang kebutuhannya kuperjuangkan- dengan kejam menyakitiku. Satu-satunya yang tidak mampu kulawan adalah kekerasan hati manusia.

"Jadi aku bukan sekedar yang mengalir. Aku adalah simbol dari perjuangan, pembersihan diri, transformasi, kesejatian diri, kedermawanan, dan keikhlasan. Dan untuk menjadi semua hal itu yang kau perlukan adalah kelembutan dan ketenangan.

"Maka, ketika engkau hendak menyebutkan, 'aku ingin hidupku bagai air yang mengalir,' maka itu adalah janji untuk menjadi seorang pejuang sejati. Itu adalah janji untuk senantiasa berintrospeksi diri. Itu adalah janji untuk senantiasa melakukan perubahan menuju kebaikan. Itu adalah janji untuk menghargai diri sendiri. Itu adalah janji untuk memberi tanpa pamrih. Itu adalah janji untuk menjadi ikhlas. Dan itu adalah janji untuk memperoleh semua hal itu dengan ketenangan tutur, sikap, dan hatimu."

"Aku tak menyangka bahwa engkau seperti itu adanya, wahai air! Terima kasih telah membuka mataku tentang kesejatian dirimu."

Dan air hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya.

11.02.2010

Tidak! Terima kasih!

I am not about to pursuit points. I am a man of value.
I am sorry, I just cannot take any advantages for something I did not do.
Thank you!!!