1.09.2009

Refleksi Jum'at: Syukur dan Ingat Allah

Pekan ini, saya sholat Jum'at di tempat yang sama dengan pekan lalu. Refleksi khutbah pekan ini adalah menjadi insan yang bersyukur dan dan senantiasa mengingat Allah. Sebagian besar khutbah dikaitkan dengan penderitaan muslim di Palestina. Maklum saja, adu senjata antara militer Israel dan Hamas di Jalur Gaza masih menjadi pemberitaan hangat sampai saat ini.

Pernahkah terjejak rasa syukur dalam dada ketika hidup dalam keadaan yang nyaman tenteram? Kebanyakan dari manusia lupa bersyukur bahkan cenderung menjadi lalai memenuhi kewajibannya. Mari menilik mereka yang di Palestina saat ini. Untuk menikmati kebutuhan hidup dapat diduga mereka tak lagi mampu. Ketakutan dan rasa cemas telah meliputi mereka disertai berbagai kekurangan yang mendera akibat perang. Namun boleh jadi nilai keimanan mereka tetap membara dalam dada di masa-masa sulit. Maka bagaimana dengan kita?

Sebelumnya, mari berbicara tentang Palestina!
Di antara rasa nyaman yang dirasakan saat ini oleh muslim di belahan bumi lain, adakah sedikit terlintas rasa peduli tentang mereka yang di Palestina? Ataukah memang kita telah terkotakkan oleh wilayah? Adakah yang terbersit dalam benaknya, "Saya 'kan di Indonesia. Mereka di Palestina."? Adakah terbersit rasa sakit? Bukankah kaum muslim itu bagaikan satu tubuh, di mana ketika salah satu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh yang lainnya akan ikut merasakan?

Tetapi itulah yang mungkin telah terjadi sebagaimana upaya para musuh agama ini untuk membenamkan Islam. Para musuh agama yang dengan strateginya -antara lain menggerus kepercayaan diri muslim bahwa dia adalah muslim, menebar opini bahwa Islam agama teroris, dan upaya menguasai dunia dari berbagai sendi- telah menunjukkan kemajuan yang menggembirakan buat mereka dan mereka bergerak makin berani.

Akan tetapi, jangankan untuk peduli kepada mereka yang di Palestina, mensyukuri nikmat ketenangan yang saat ini dialami banyak orang yang enggan. Banyak manusia baru kembali kepada Allah ketika mereka ditimpa kesulitan, bencana, kekurangan, dan rasa sempit. Namun begitu segala hal tersebut sirna, mereka kembali lupa. Allah berfirman:
"Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Yunus:12)

Sesungguhnya manusia itu bisa dikategorikan menjadi empat, demikian kata khotib. Yang pertama, ini yang paling baik, adalah orang yang senantiasa ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan; baik ataupun buruk, sehat ataupun sakit, suka maupun duka, dsb. Yang kedua adalah orang yang mengingat Allah pada saat yang tidak menyenangkan sementara ia sempat lali sebelumnya. Begitu cobaan yang buruk itu dicabut ia ternyata masih bisa istiqomah untuk mengingat Allah. Yang ketiga, hampir sama dengan yang kedua, namun perbedaannya adalah ketika cobaannya diangkat ia serta merta menjadi ingkar kembali. Yang terakhir, yang paling buruk, adalah orang yang senantiasa lupa pada Allah, bahkan mungkin lebih buruk lagi; dia berprasangka buruk pada Allah ketika menerima cobaan-cobaan yang memberatkan hidupnya.

Maka mana yang hendak engkau pilih?

Wallahu a'lam bi ash-showab

No comments: