1.03.2009

Refleksi Jum'at : Istighfar, Istikhoroh, Istiqomah + Khusyu'

Saya berencana merutinkan untuk memperbaharui blog ini dengan intisari atau refleksi Khutbah Jum'at setiap pekan. Semoga bisa istiqomah. Amiin....

Pekan ini saya mengikuti sholat jum'at di Masjid Al-Hasanah, Taman Hewan. Bahasan khutbah pekan ini menarik. Kali pertama ini, tulisan akan saya bagi menjadi dua bagian sebagaimana khatib memberikan dua bahasan berbeda di khutbah pertama dan khutbah kedua.



Khutbah bagian pertama: Istighfar, Istikhoroh, dan Istiqomah

Sebagaimana biasa, khotib mengajak untuk bertakwa dan bersyukur berbagai nikmat. Hal yang cukup menarik ketika beliau juga menyebutkan bahwa seseorang juga patut mensyukuri nikmat lupa. Lupa adalah nikmat yang pada hakikatnya menarik nikmat-nikmat lain. Ketika ingat setelah lupa, maka mengingat adalah suatu nikmat baru. Dan dengan lupa seseorang bisa melakukan ibadah yang disebut taubat dan taubat sendiri merupakan nikmat juga, bukan?

Selanjutnya khotib menyitir suatu ayat -sayang sekali selama khutbah, khotib tidak menyebut nama surat dari ayat-ayat yang disampaikannya- tentang ketetapan Allah yang mempergilirkan kejayaan dan kehancuran suatu kaum/bangsa. Hal tersebut sangat jelas terlihat sekarang di mana terdapat negara-negara yang mengalami perkembangan yang mengesankan dan di lain pihak beberapa mengalami kegoncangan padahal selama beberapa masa mengalami kejayaan. Namun pada dasarnya, bagi seorang muslim, selama berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah maka kejayaan akan menyertai.

Pada kondisi saat ini, di mana krisis masih saja berlanjut, seorang muslim hendaknya menghidupkan berbagai amalan-amalan baik. Di antara amalan-amalan yang perlu diperhatikan adalah istighfar, istikhoroh, dan istiqomah.


Istighfar

Sudah cukup masyhur berita tentang RasuluLlah yang ber-istighfar atau memohon ampun setiap hari tidak kurang dari 70 kali sehari. Bahkan di riwayat lain dijelaskan beliau ber-istighfar tidak kurang dari seratus kali. Demikian, seorang nabi yang telah dijamin ampun oleh Allah atas berbagai kesalahannya baik di masa lalu maupun di masa datang masih memohon ampun sedemikian banyaknya. Bagaimana dengan kita?

Seseorang bisa dilihat kualitas kebersihan hatinya dari kata-kata yang dikeluarkannya ketika memperoleh hal-hal yang tidak menyenangkan, terjatuh misalnya. Apakah dia berucap istighfar? Ataukah dia mengumpat dengan berbagai sebutan yang tidak layak? Maka jika pilihan kedua yang cenderung terjadi, bagaimana Allah mengizinkan keburukan berubah menjadi kebaikan.

Allah akan mengganti kebaikan dengan kebaikan jika memenuhi beberapa syarat, yaitu memalingkan diri (thoba, akar kata taubat), percaya (amana, akar kata iman), dan beramal saleh. Thoba memiliki makna memalingkan diri dari dosa, layaknya seseorang membalikkan badannya dan meninggalkan apa yang di belakang punggungnya. Amana berarti mengimani yang patut diimani. Dan beramal saleh yaitu dengan melakukan berbagai perbuatan baik.
Maka mulailah kebaikan-kebaikan dari hal sederhana seperti istighfar ini.


Istikhoroh

Di masa-masa sulit ini ketika berbagai pilihan mesti diputuskan, sangat menyedihkan bahwa kebanyakan kaum muslim melupakan amalan istikhoroh. Yang terjadi adalah banyak yang meminta pertimbangan-pertimbangan pada sesuatu yang tidak layak seperti paranormal, dukun , dan yang sebangsanya. Lebih memprihatinkan bahwa hal itu semakin mudah dengan adanya teknologi. Lihat saja berbagai iklan sms premium bernada pengungkapan misteri masa depan.

Secara sederhana istikhoroh dimaksudkan untuk meminta bantuan Allah dalam memutuskan sesuatu. Ini adalah suatu amalan yang sederhana, lagi murah. Maka hidupkanlah amalan sholat dan doa-doa istikhoroh.


Istiqomah

Istiqomah dapat diartikan sebagai konsisten dengan sesuatu. Sebagai seseorang yang telah memilih Islam sebagai jalan hidupnya maka patut baginya untuk konsisten sebagai muslim. Sebagai contoh sederhana adalah memperlakukan Al-Qur'an sebagaimana mestinya secara terus-menerus. Al Qur'an sepatutnya rajin dibaca bukan sekedar menjadi pajangan. Hendaklah isinya diamalkan secara konsisten pula dan tidak mempertanyakan kebenaran isi Al-Qur'an sebagaimana fenomena yang mulai berkembang saat ini. Sebagai contoh adalah wajibnya sholat berjamaah (bagi laki-laki) selama tidak ada udzur syar'i. Banyak yang meragukan apakah ini wajib atau bukan, padahal berbagai keterangan dalam Al-Qur'an jelas soal ini. Bahkan jelasnya kewajiban sholat berjamaah dalam Al-Qur'an tersebut masih belum melibatkan berbagai hadits. Sungguh Al-Qur'an adalah firman Allah yang benar.



Khutbah bagian kedua: Khusyu' (dalam sholat)

Satu hal yang paling pertama dicabut dari kaum muslim adalah khusyu'. Khusyu' ini senantiasa disandarkan dengan sholat. Maka seseorang harus memperhatikan bagiamana dia melakukan amalan sholat ini, minimal sekali ketika melakukan takbiratul ihram dia harus berkonsentrasi penuh. Takbir ini yang mengharamkan seseorang untuk melakukan hal-hal lain di luar gerakan dan bacaan sholat. Ibaratnya, apabila takbiratul ihram seseorang tidak sempurna maka besar kemungkinan sholatnya tidak akan khusyu'.

Lalu pahamilah makna bacaan sholat. Sebagai contoh, penggalan doa iftitah yang sering dibaca: Inna sholaatii wa nusukii wa mahyayaa wa mamatii liLlahi robbil 'alamiin, tahukah engkau artinya? Ini sesuatu yang dalam. Ini adalah suatu bentuk penyerahan total seseorang kepada Allah dalam hal sholat, ibadah, hidup, dan juga matinya. Maka buat engkau yang sholat, ketika membaca bacaan tersebut apakah engkau sungguh-sungguh memaknainya? Bukankah itu sebuah janji yang terucap? Ataukah selama ini bacaan yang tertutur dalam sholat hanyalah rentetan kata yang sama sekali tidak engkau pahami? Lalu buat apa kau melakukannya jika tidak menyempurnakannya dan meresapinya?

Lalu sadarkah bahwa shof sholat ini adalah gambaran hari perhitungan kelak? Ada filosofi lain tentang shof selain sebagai kesempurnaan sholat berjamaah. Barisan seperti dalam saf inilah yang dilakukan oleh ruh dan malaikat kelak pada hari pembalasan (lihat QS. An-Naba': 38).
Maka rapatkanlah saf kalian, wahai mushollin (orang-orang yang sholat). Pada dasarnya ini membantu kita untuk khusyu' juga.

Wallahu a'lam bi ash-showab


Catatan tambahan:

Para ahli tafsir, dengan berbagai analisis ilmiahnya, memiliki pendapat yang berlainan tentang makna ruh yang tertera pada QS. An-Naba:38 yang disebut pada tulisan di atas. Sebagian memaknai sebagai roh manusia, sebagian yang lain memaknai sebagai Malaikat Jibril. InsyaAllah, dua pendapat ini yang paling masyhur. Dalam khutbahnya, terlihat bahwa khotib berpegang pada pendapat ulama yang memaknai ruh adalah roh manusia. Wallahu a'lam.

Penjelasan sederhana istilah (menurut yang saya pahami, jadi ini belum tentu penjelasan menurut istilah agama!)

Al-Qur'an Kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.
Doa iftitah Salah satu kewajiban (catatan: kewajiban tidak sama dengan rukun) dalam sholat berupa do yang dibaca pada raka'at pertama sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Hadits Suatu berita yang disandarkan kepada perbuatan atau perkataan Nabi. Ada banyak jenis dari hadits ini ditilik dari berbagai sisi.
Istighfar -telah tertera pada tulisan di atas-
Istikhoroh -telah tertera pada tulisan di atas-
Istiqomah -telah tertera pada tulisan di atas-
Khotib Pembaca khutbah.
Khusyu' Totalitas, sepenuh hati, penuh konsentrasi dalam hal ibadah.
Khutbah Jum'at Semacam ceramah dua bagian yang disampaikan oleh seorang khatib sebagai salah satu rukun sholat jum'at.
Malaikat hamba Allah yang diciptakan dari cahaya dan senantiasa taat kepada Allah. Malaikat ada banyak jumlahnya dan masing-masingnya memegang tugas tertentu.
Ruh -telah tertera pada catatan tambahan-
Rukun (*ibadah) Ketentuan-ketentuan dalam suatu ibadah yang membuat ibadah tersebut menjadi sah/diterima.
Shof Barisan dalam sholat berjamaah.
Sholat Ritual ibadah dengan gerakan dan ucapan tertentu yang dilaksanakan umat muslim. Sholat ada banyak macamnya, namun yang diwajibkan secara mutlak kepada seorang muslim adalah lima kali sehari.
Sholat berjamaah Sholat bersama-sama dengan dipimpin seorang imam.
Sunnah Hal-hal yang disandarkan pada perbuatan atau perkataan Nabi Muhammad, termasuk hal-hal yang dikerjakan oleh para sahabatnya dan tidak dilarang oleh Nabi Muhammad.
Takbiratul ihram -telah tertera pada tulisan di atas-
Udzur syar'i Kondisi yang diperkenankan dalam agama Islam untuk tidak melakukan atau tidak memenuhi kesempurnaan suatu bentuk ibadah tertentu. Kondisi tersebut bisa berupa kelemahan fisik, lupa, kondisi alam tertentu, aktivitas tertentu, dsb.

No comments: