1.14.2009

Masyrakat fakir; it is written!

Jamal Malik is one question away from winning 20 million rupees.
How did he do it?
A. He cheated
B. He's lucky
C. He's a genius
D. It is written


Kutipan di atas adalah kata-kata yang ditampilkan dalam sebuah film baru saja saya tonton. Film tersebut berjudul Slumdog Millionaire, sebuah film yang mengisahkan seorang pemuda miskin India bernama Jamal Malik yang menjadi kontestan Who Wants to be A Millionaire versi India. Jawaban-jawabannya yang selalu benar membuat dia dicurigai telah berbuat curang. Dari sinilah film ini mulai mengalir menceritakan kepingan-kepingan hidup Jamal dari kecil hingga dewasa yang diceritakan dalam plot yang maju mundur. Sebuah cara bercerita yang cerdas menurut saya. Maka tidak heran film ini diganjar dengan empat Golden Globe Award 2009, termasuk di antaranya sebagai film drama terbaik. Dalam sepekan rating IMDB film ini melesat dari 42 menjadi 35.

Satu hal yang membuat saya merenung dan berpikir sepanjang menonton adalah gambaran masyarakat kelas bawah India yang ditampilkan dengan gamblang di sebagian besar cuplikan film ini. Saya membayangkan bahwa hal yang serupa juga terjadi di Indonesia. Mungkin tidak persis sama, karena bagaimanapun Indonesia berbeda dengan India. Saya berpikiran positif; sepertinya Indonesia tidak sampai pada level yang digambarkan dalam film itu.

Menyaksikan pertikaian antar agama, mafia anak jalanan, prostitusi, dan kejahatan lainnya di dalam film ini membuat saya berpikir bahwa tugas sebuah institusi negara adalah perkara yang tidak mudah. Permasalahan-permasalahan sosial yang semacam itu sangat dekat tetapi kerap kali tidak tersentuh.

Bercermin dari kasus Indonesia, perundang-undangan tentang permasalah-permasalahan ini tampaknya terimplementasi masih sebatas goresan tinta atau tuturan lisan. Belum terlihat sesuatu yang benar-benar nyata. Akan tetapi, saya sendiri tidak bisa mengatakan bahwa pemerintah menjadi abai akan masalah ini. Permasalahan-permasalahan negara yang multikompleks mungkin telah menyebabkan permasalahan-permasalahan masyarakat yang tidak lagi terdefinisi status kelasnya menjadi termarginalkan. Pemerintah saat ini masih berpikir sampai masyarakat miskin! Dan yang merupakan masyarakat non kelas atau yang saya sebut fakir -saya rasa fakir istilah yang tepat- terlupakan begitu saja.

Kefakiran masyarakat bukan hanya tentang masalah ketiadaan materi. Terlantarnya mereka sudah berbicara lebih dari cukup tentang hal itu dan keterlantaran itu kian mempertajam sisi kefakiran mereka yang lain: kefakiran harga diri, martabat, dan karakter. Kefakiran-kefakiran semacam inilah yang saya anggap justru membuat kejahatan-kejahatan semakin merajalela di kelompok sosial ini.

Tetapi apakah ini suatu hal yang patut disesali? Saya pikir tidak!

Kondisi semacam ini justru membuka peluang buat orang-orang yang ingin membaktikan dirinya dalam kegiatan-kegiatan sosial dan kemanusiaan. Berbagai LSM, ormas, bahkan kelompok-kelompok tanpa bentuk banyak terlibat dalam aktivitas-aktivitas semacam ini walaupun belum mampu mengakomodasi semuanya. Beberapa sahabat saya terlibat secara rutin mengajar, mendidik, dan bermain dengan anak-anak jalanan. Saya rasa ini hikmah luar biasa dari suatu kondisi yang memprihatinkan semacam ini.

Di akhir film, diperlihatkan dalam suatu cuplikan bahwa jawaban dari pertanyaan dalam awal postingan ini adalah: D. It is written!
Ya! Semua telah ditakdirkan. Dan tidak ada yang tidak sia-sia yang telah ditetapkan Yang Mahakuasa.
Kenyataan bahwa ada masyarakat non-kelas; itu baik atau buruk?
Kenyataan bahwa pemerintah tidak cukup peka akan masalah ini; itu anugerah atau petaka?
Kenyataan bahwa program-program sosial tidak mampu menyentuh kalangan ini; apakah yang terbersit di dalam benak?
Jawabannya tergantung cara pandang masing-masing orang, bukan?
Dan ini adalah bagian dari dongeng kehidupan yang Mahadahsyat!

Dongeng tentang hidup masih akan terus berlangsung. Pilihan-pilihan hidup dari tiap-tiap karakter serta situasi yang dihadapinya membuat dongeng ini tetap menarik dan tak tertebak. Semua masih belum tahu bagaimana cerita ini akan berakhir ketika mereka harus turun panggung! Tetapi satu hal; it is written!

No comments: