2.20.2009

Refleksi Jum'at : Kebenaran

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al-Baqarah: 147)

Kebenaran! Apa itu kebenaran?

Itu adalah pertanyaan yang terlontar dalam khutbah Jum'at pekan ini. Ayat tersebut dengan lugas menjawab bahwa kebenaran adalah sesuatu (jalan lurus) yang diturunkan Allah buat hamba-hamba-Nya. Ya, sesederhana itu! Dengan demikian terdapat sebuah kaidah bahwa realitas bukanlah kebenaran.

Realitas boleh jadi bertentangan dengan kebenaran. Hal tersebut bisa dibuktikan dari hal-hal sederhana di sekeliling kita. Sebagia contoh adalah pergaulan muda-mudi. Pergaulan yang digandrungi sebagian besar pemuda saat ini kerap telah melanggar batas-batas agama. Akan tetapi berbagai pembenaran muncul untuk mengesahkan hal tersebut. Namun pertanyaannya adalah, apakah berbagai pembenaran itu adalah kebenaran?

Juga para koruptor, apapun alasan dia melakukakan korupsi, apakah korupsi itu kebenaran?

Atau para pelajar, apakah segudang alasan menyontek membuat perbuatan itu menjadi sebuah kebenaran?

Hal-hal tersebut mungkin cukup ekstrim sehingga sebagian dari kita menjawab bahwa hal-hal yang dicontohkan tersebut bukanlah kebenaran. Tetapi banyak hal-hal lain yang kini menjadi abu-abu. Hal-hal yang terlarang oleh agama seolah dipertanyakan kebenarannya karena paham yang berkembang di masyarakat justru berlawanan.

Sebuah pemikiran yang menyesatkan yang sering singgah di telinga adalah, bahwa segala hal relatif, maka tidak bisa satu hal dikatakan sebagai suatu kebenaran yang absolut. Padahal kebenaran, sekali lagi, adalah milik Allah. Allah berfirman:

"Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)

Satu hal yang patut disadari adalah pertarungan antara kebenaran dan kebatilan merupakan suatu keniscayaan. Lalu siap yang menang dari pertarungan itu? Ada yang menjawab kebenaran yang menang. Yang lain menjawab, belum tentu.

Kenyataannya, sering kali kebenaran memang bukanlah yang menang. Pada dasarnya hasil dari peperangan antara kebenaran dan kebatilan tidak lain disebabkan oleh kecenderungan manusia terhadap kebenaran atau kebatilan tersebut. Dalam skala yang lebih luas hasil pertarungan itu boleh jadi ditentukan oleh bagaimana pilihan dari sebagian besar manusia memilih tentang kebenaran dan kebatilan tersebut.

Pertanyaan:
Apa yang kita pilih, ketika yang terjadi adalah kemenangan bagi kebatilan?
Apakah ikut dalam kebatilan tersebut?
Ataukah tetap memilih kebenaran dengan risiko menjadi pihak yang kalah?

Maka jawaban dari pertanyaan tersebut sesungguhnya bermuara pada keyakinan. Kemenangan yang nyata adalah bagi mereka yang memegang kebenaran sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam banyak ayatNya. Kemenangan dan kekalahan yang hakiki sejatinya adalah balasan nanti di akhirat kelak.

"Ya Allah tunjukkanlah padaku yang benar itu benar dan karuniakanlah kepadaku untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah padaku yang salah itu salah dan karuniakanlah kepadaku untuk meninggalkannya."

Wallahu a'lam bi ash-showab

No comments: