2.03.2009

Memilih Islam

Seperti apa rasanya memilih?
Penuh risiko?
Banyak ujian?
Bingung?
Berat?

Berbicara soal memilih, saya menjadi saksi dari sebuah pilihan seseorang. Bukan pilihan biasa karena saya yakin pilihannya akan memberikan konsekuensi yang mungkin tidak sedikit. Hal yang saya bicarakan adalah pilihan untuk berpindah keyakinan.

Sore beberapa hari yang lalu saya sholat ashar di Salman. Beruntung, saya mendapatkan kesempatan menyaksikan deklarasi seorang Amerika menjadi muslim. Namanya Tuan Brett (nama belakangnya tidak terdengar begitu jelas). Dia sendiri telah tinggal di Indonesia selama delapan tahun. Selama itu dia terus menerus belajar tentang Islam dari interaksinya dengan rang-orang Indonesia. Maka enam bulan yang lalu dia menetapkan hati untuk berislam dan Kamis lalu dia mendeklarasikan keislamannya secara utuh dengan mengucap dua kalimat syahadat. Ternyata cukup lama juga selang antara memutuskan dan mendeklarasikan, ya?!

Pak Hermawan K. Dipojono adalah orang yang membimbing beliau untuk mengucapkan syahadatain. Sebelumnya, Pak Hermawan memberi beberapa patah kata dalam bahasa Inggris yang intinya adalah menegaskan soal pilihan. Bahwa tidak ada paksaan dalam berislam adalah sebuah hal yang jelas, namun ketika seseorang telah memilih berislam maka akan datang ujian kepadanya. Ujian itu bisa datang dari mana saja termasuk keluarga atau lingkungan. Maka risiko-risiko yang dihadapi boleh jadi sama skali tidak kecil, bahkan nyawa bisa dipertaruhkan dengan pilihan ini. Satu hal yang ditekankan bahwa ujian tidak saja datang buat mereka yang baru memilih sebuah jalan hidup melainkan buat mereka yang sejak awal telah hidup dalam jalan tersebut sejak lahir. Sebuah catatan, adanya ujian bukan untuk menakut-nakuti melainkan justru untuk memperteguh seseorang dengan pilihannya.

Maka setelah selesai dengan beberapa nasihat itu, berdeklarasilah beliau dengan terbata-bata. Haru.

Seusai bersyahadat, saya berkesempatan bersalaman dan memeluk beliau. Dia berkata, "Thank you!" Saya rasakan kesungguhan hatinya saat berkata itu. Saya heran, karena merasa tidak berbuat sesuatu dalam mendukung keislaman yang baru saja dideklarasikannya, bahkan saya tidak pernah kenal dia sebelumnya. Saya bingung, tetapi juga senang. Mungkin ini yang namanya bersaudara, ya?

No comments: