2.10.2014

KMPN: Sebuah Napak Tilas | #002 - Rasa Percaya

Ada banyak masa-masa sulit yang saya hadapi ketika berkegiatan di KMPN. Salah satunya adalah krisis kepercayaan yang terjadi pada tahun 2002-2003.

Tahun 2002-2003 adalah tahun dimana semua serba sulit buat KMPN. Tahun itu secara resmi sekretariat KMPN disegel. Kemudian ketua kaderisasi KMPN untuk angkatan 2001 beserta sejumlah panitia diancam dengan nol SKS selama dua tahun jika melanjutkan acara kaderisasi hingga pelantikan (dan itu artinya sama saja dengan drop out). Akan tetapi, semua itu terasa tidak berarti dengan krisis kepercayaan yang tumbuh di angkatan 2002 terhadap KMPN saat itu.

Pasca disegelnya sekretariat, aktivitas KMPN nyaris lumpuh. Satu hal yang patut disukuri saat itu adalah darah muda KMPN (angkatan saya) yang menggebu-gebu yang merasa tidak sepatutnya KMPN menjadi lumpuh karena kehilangan 'ruang berkumpul'. KMPN tidak boleh dibatasi oleh sekat ruang. Spirit itu jugalah yang membuat angkatan 2001 bersemangat melakukan interaksi awal dengan angkatan 2002, bahkan tanpa adanya persetujuan BPP saat itu.

Akan tetapi niat baik tidaklah cukup. Niat baik harus disertai cara yang tepat. Inilah blunder yang kami lakukan saat itu. Miskin pengalaman, kami mengadaptasi metode kaderisasi yang kami lihat dan rasakan setahun sebelumnya tanpa tahu konsep dan alasan mengapa semua metode itu perlu dilakukan. Sedikit demi sedikit angkatan 2002 meninggalkan interaksi dan pernah suatu ketika yang datang kurang dari lima orang. Kami kehilangan rasa percaya dari orang-orang yang seharusnya adalah bagian dari keluarga. Mungkin mereka kehilangan kepercayaan karena kami tidak mengerti apa yang sedang kami lakukan dan menjadikan mereka hanya sebagai objek kaderisasi. Mungkin mereka juga tidak percaya kami karena berasal dari organisasi yang tidak diakui keberadaannya di kampus. Mungkin mereka enggan karena tidak ada daya tawar yang tinggi dari KMPN sebagai sebuah organisasi. Semua alasan untuk meninggalkan KMPN lengkap sudah buat angkatan 2002 saat itu.

Hal itu menjadi perhatian khusus dalam kepengurusan baru yang terbentuk saat itu. Taufick sebagai ketua umum KMPN menunjuk saya sebagai Kadiv PSDM, seseorang yang justru berasal dari angkatan yang membuat siklus kaderisasi KMPN terancam. Satu hal yang saya pikirkan saat ditunjuk memegang posisi itu adalah membangun kembali kepercayaan, dan saya cukup sadar bahwa adalah hal yang sulit untuk mengembalikan sebuah rasa kepercayaan yang 'hilang'. Satu hal yang saya lakukan saat itu adalah meminta bantuan mahasiswa psikologi Unpad untuk membantu sebagian dari proses kaderisasi.

Hal ini bukan perkara gampang karena pro dan kontra datang terhadap pendekatan ini. Saya sendiri juga sebenarnya tidak terlalu yakin dengan hal tersebut. Meskipun mereka orang dari psikologi, mereka tidak tahu kultur yang ada di KMPN. Argumen ini yang tidak bisa saya jawab saat itu ketika itu ditanyakan oleh teman-teman KMPN yang lain, karena di dalam hati saya setuju. Metode yang dilakukan oleh tim psikologi tersebut hanya menyentuh bagian permukaan dari kaderisasi yang sesungguhnya. Jiwa dari KMPN sama sekali belum tersentuh dengan keterlibatan tim psikologi tersebut.

Apa yang membuat saya bertahan untuk melibatkan mereka? Itu semata-mata untuk membangun rasa percaya teman-teman 2002 kembali bahwa KMPN adalah keluarga mereka. Saya terpaksa bertindak sebagai pedagang dengan menawarkan sesuatu yang tampak baru walaupun pada dasarnya sama. Adanya tim psikologi itu adalah yang saya tawarkan untuk menarik minat angkatan 2002 untuk menyatakan bahwa kaderisasi ini dipersiapkan secara scientific.

Masalah lain muncul, beberapa anggota biasa yang lain menjadi enggan untuk hadir dalam acara interaksi. Hal tersebut adalah risiko yang datang. Namun pada akhirnya semua berjalan sebagaimana mestinya. Setelah sekian pertemuan, saya mencukupkan keterlibatan tim psikologi tersebut dan lebih melibatkan teman-teman KMPN dalam kegiatan selanjutnya.

Satu hal yang saya pelajari adalah rasa percaya adalah sesuatu yang sangat mahal. Ini yang sebenarnya membuat sesuatu menjadi hidup dan memiliki nilai. Hal ini bukan sesuatu yang bisa dijelaskan oleh kata-kata atau ditangkap panca indera. Ketika rasa percaya hilang, itu adalah jalan buat kehancuran, apapun bentuk kehancuran itu. Dalam kasus KMPN saat itu, ada kemungkinanan KMPN kehilangan satu generasi, atau sejarah KMPN berhenti saat situ jika masalah kepercayaan itu tidak diselesaikan.

Hal yang saya ingin tekankan adalah, adalah pentingnya untuk membangun kepercayaan. Saat itu saya merasa bahwa rasa percaya yang saya bangun bukan semata-mata bagaimana pandangan angkatan 2002 tarhadap para senior atau KMPN sebagai organisasi. Lebih dari itu, segala upaya saat itu ditujukan bagaimana membuat semua orang merasa percaya terhadap dirinya sendiri. Bahwa setiap mereka adalah penting. Ketika setiap orang merasa dirinya penting (baca: berharga) maka mereka akan melakukan apapun untuk menjaga perasaan berharga itu. Karena mereka penting maka mereka dibutuhkan oleh KMPN. Kemudian berikutnya diharapkan adalah sebuah kesadaran bahwa KMPN adalah penting buat mereka. KMPN ada untuk menjaga dan memelihara perasaan berharga itu, sebagaimana layaknya sebuah rumah buat sebuah keluarga.

Soal berhasil atau tidak dengan semua usaha saat itu, itu adalah cerita yang lain lagi.

No comments: