12.09.2009

Tentang Kesalahan dan Amarah

Dari NOTES facebook:

Ada pelajaran lain yang tidak kalah berharga dari kisah yang saya sebutkan dalam notes sebelumnya (Pelajaran Tentang Harga Diri). Mungkin sudah bisa ditebak, hal ini berkaitan dengan menyikapi suatu kesalahan.

Kisah saya yang sebelumnya tentang penyontekan itu, membuat saya melihat dua sosok bijaksana. Mereka adalah guru kimia dan guru matematika saya. Respon mereka dalam menyikapi kecurangan salah seorang anak didiknya adalah sesuatu yang sangat luar biasa menurut saya. Kemarahan mereka tidak membuat mereka hilang akal. Saya melihat mereka sangat memahami makna mendidik. Merespon suatu kesalahan sepatutnya dalam rangka mendidik pula.

Saya akan mulai dari sesuatu yang saya pelajari dari guru kimia saya. Beliau adalah yang menyaksikan kesalahan kami. Buat saya, beliau berhak untuk memberikan hukuman atau menumpahkan kemarahan. Akan tetapi, beliau tidak melakukan hal tersebut dan malah meminta orang lain yang melakukan hal tersebut. Ini permasalahan moral yang perlu mendapat penanganan yang tepat. Beliau bukan tidak mampu melainkan akan lebih baik menyerahkan urusan kami kepada seseorang yang mungkin lebih didengar oleh kami. Beliau ingin mendidik kami.

Pelajaran berikutnya adalah dari guru matematika yang juga adalah wali kelas kami. Saya melihat, tanggung jawab beliau sebagai guru, pendidik, dan wali kelas bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Memadukan agar para siswa menjadi seseorang yang pandai sekaligus berakhlak bukan perkara mudah. Dan ketika permasalahan menyontek itu diserahkan kepadanya, beliau masih harus mempertimbangkan bahwa kami adalah seseorang yang sedang memperoleh pendidikan.

Beliau marah, karena beliau layak untuk marah. Beliau marah, karena beliau menyayangi kami. Beliau marah, tetapi bukan meghakimi orang tertentu. Beliau marah, tetapi tidak mempermalukan. Beliau marah, tetapi dengan proporsi: tegas juga lembut. Beliau marah, tetapi kami belajar sesuatu dari kemarahannya. Beliau marah, karena beliau menyayangi kami.

Saya menyadari bahwa ketergelinciran-ketergelinciran diri sendiri dan juga orang lain bisa diwujudkan dalam bermacam respon emosi. Seseorang bisa memilih marah membabi buta. Seseorang bisa memilih untuk mempermalukan orang lain. Seseorang bisa memilih membalas kesalahan orang lain dengan sesuatu yang lebih buruk. Seseorang bisa memilih untuk memberikan respon apapun dealam kemarahannya. Akan tetapi, saya belajar bahwa seseorang juga bisa memilih untuk menyikapi suatu kesalahan dengan memberikan suatu pengajaran. Kesalahan adalah gerbang bagi orang-orang yang mau belajar.

Belajar dan memberikan pengajaran atas sebuah kesalahan, siapa yang bersedia melakukan itu? Saya berdoa menjadi salah satunya.

No comments: