12.09.2009

Sebuah Kisah Tentang Kepercayaan dan Pengabaiannya

Dari NOTES facebook:

Ada sebuah kisah lain yang sangat saya ingat ketika duduk di bangku SMU. Kali ini kisah itu berkaitan dengan tanggung jawab dan menjaga kepercayaan. Kejadian pada tanggal 1 Februari 2001 itu adalah peristiwa paling dikenang saya dan kawan-kawan sekelas karena pada hari itu kami kehilangan hak istimewa.

Adapun kisahnya dimulai pada awal tahun ajaran, yaitu bulan Juli 2000. Itu adalah kali pertama sekaligus kali terakhir kami memperoleh seorang wali kelas yang memberikan hak istimewa kepada siswanya untuk makan di kelas dan juga berkeliling di dalam ruangan kelas pada saat jam pelajaran. Hak istimewa itu diberikan dengan beberapa syarat: tetap memperhatikan pelajaran, tidak membuat kelas menjadi kotor, dan tidak gaduh di dalam kelas.

Dengan hak istimewa itu, seorang kawan mendulang keuntungan dari sisi ekonomi. Dia berjualan keripik pedas yang kelak menjadi makanan favorit kami di kelas. Hanya saja kami tidak benar-benar bertanggung jawab dengan hak istimewa kami tersebut. Maka tragedi 1 Februari, begitu kami menyebut, terjadilah.

Sebelumnya saya beritahukan bahwa sekolah kami menerapkan sistem kelas berpindah. Jadi siswa yang berpindah, sementara guru biasanya memegang kelas tertentu. Wali kelas saya biasanya mengajar di kelas Matematika B.

Tanggal 1 Februari 2000 pagi menjelang siang di kelas Matematika B, ketika itu wali kelas kami mengajar kelas 2-5. Tidak seperti biasa, beliau meminta para siswanya untuk membersihkan kolong meja. Beliau menemukan hal yang mengejutkan dan membuat wajah beliau merah padam: kolong meja penuh dengan bungkus plastik keripik pedas. Tahulah beliau, bahwa siswa 3 IPA 4 yang diwalikannya yang bertanggung jawab akanhal tersebut.

Jam terakhir hari itu adalah jam Matematika. Kami tidak tahu akan mengahadapi amukan kemarahan dari wali kelas kami. Kami masuk dan segera tahu ada sesuatu yang tidak biasa. Dan benarlah, hari itu kepala kami hanya bisa tertunduk ketika beliau meluapkan kemarahannya.

Beliau berkata bahwa beliau sangat kecewa dengan apa yang telah kami perbuat. Adalah kami diberikan hak disetai dengan kewajiban yang ternyata kami abaikan. Beliau tidak menyangka bahwa hal itu dilakukan oleh siswa kelas unggulan. Beliau kecewa karena ternyata kami tidak bisa dibanggakan keunggulannya adalam menjaga kepercayaan yang diberikan. Maka hari itu keluarlah sebuah ultimatum yang sangat kami kenang, bahkan hingga saat ini.

“Mulai hari ini,” kata wali kelas kami itu, “saya melarang kalian makan di dalam kelas.”

Maka sejak hari itulah, kami tidak pernah lagi merasakan hak istimewa kami itu lagi. Adapun kelas lain yang diajar beliau, hak istimewa itu tetap berlaku. Sanksi adalah buat pelaku. Imbasnya juga terjadi buat keripik yang dijual teman saya itu. Penjualan yang bersangkutan menurun walau tidak terlalu parah. Bagaimanapun kripiknya telah menjadi favorit kami, sehingga kami tetap membelinya di luar jam pelajaran.

Setiap kali mengenang hal itu, saya tersenyum. Saya mendapat pelajaran berharga hari itu. Pelajaran bagaimana memelihara amanah. Ketika suatu kepercayaan dilanggar akan ada dampak yang lebih besar besar yang tidak menyenangkan. Buat diri sendiri, bahkan juga orang lain. Saya percaya bahwa teman-teman saya yang lain juga belajar hal yang luar biasa hari itu.

No comments: