3.10.2009

Refleksi Pengajian Siaware: Menuntut Ilmu

"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beranekan macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya, dan ada (pula) yang hitam pekat.
"Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesunnguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha pengampun.
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi,
"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha mensyukuri."
(QS. Fathir: 27-30)
Ilmu memegang peranan penting dalam beragama. Mengapa? Karena ilmu menjadi landasan penting dalam beragama. Akan tetapi sebelum membahas lebih jauh soal peranan ilmu ini, perlu diketahui apa sesungguhnya ilmu itu.

Berilmu didefinisikan sebagai mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaannya. Ilmu yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits maka itu disandarkan pada ilmu agama atau syar'i. Imam Syafi'i menyatakan bahwa ilmu (syar'i) adalah setiap ilmu yang berdasarkan firman Allah dan sunnah RasuluLlah.

Adapun hukum menuntut ilmu (syar'i) adalah wajib sesuai dengan keadaannya. Adapun maksud wajib sesuai keadaan ini adalah bahwasanya kewajiban itu tergantung kondisinya. Ada ilmu yang mutlak seluruh umat Islam mengetahuinya semisal tatacara thoharoh, beribadah, membaca Al-Qur'an denga benar. Ada pula ilmu yang cukup diketahui sebagian saja semisal ilmu tafsir dan ilmu hadits. Pentingnya berilmu atau menuntut ilmu tertera dalam hadits Rasulullah:
"Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam" (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

Dalam hal ilmu ini, manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
  1. Ahlul 'Ilmi/Ulama, yaitu seseorang yang dapat mengambil kesimpulan dari ilmu yang dimilikinya.
  2. Tholib, yaitu seseorang yang mengkhususkan untuk mencari ilmu.
  3. Ammatul Ummah, yaitu orang awam yang baginya tetap terkena kewajiban menuntut ilmu. Golongan awam ini sendiri punya kriteria minimal yang mesti dipenuhi. Syaikh Bin Baz menulis sebuah kitab yang berisi hal-hal minimal yang perlu diketahui seorang muslim, di antaranya memahami Al Fatihah dan surat-surat pendek (juz 'amma), sampai pada penyelenggaraan jenazah. Kitab tersebut berjudul Dursu Al Awwal Li-awaami Al Ummah.

Kembali pada pembahasan peranan ilmu, maka apakah keutamaan dari ilmu (syar'i) itu? Insya Allah, jawabannya sangat banyak sekali, antara lain sebagai berikut:

  1. Ilmu merupakan amal jariyah. RasuluLlah bersabda:
    “Apabila anak adam mati, maka terputuslah segala amal kecuali tiga perkara ; Shadaqoh jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya ”. (H.R Muslim)
    Pada hadits tersebut shodaqoh jariyah dibedakan dengan ilmu yang bermanfaat, maka pembedaan tersebut menunjukkan keutamaan ilmu karena sesungguhnya amal jariyah yang paling jelas adalah mengamalkan ilmu. Seseorang melakukan suatu amalan berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Tentu saja ilmu tersebut akan menjadi amal kebaikan yang menghasilkan pahala jika disertai niat serta tujuan dari pengamalan ilmu tersebut.
  2. Ilmu merupakan landasan dalam beramal. Seperti yang telang diungkapkan sebelumnya, bahwa landasan dalam beramal adalah ilmu selain ikhlas. Suatu amal diterima oleh Allah disebabkan oleh terpenuhinya dua syarat yaitu ikhlas dan sesuai dengan petunjuk RasuluLlah bagaimana amal tersebut dilakukan. RasuluLlah bersabda:
    "Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan kami ini yang bukan berasal dari kami, maka dia tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim, dari 'Aisyah ra.)
  3. Menuntut ilmu adalah saudaranya jihad. Seperti yang diketahui bahwa jihad merupakan salah satu amalan agung. Disandingkannya menutut ilmu dengan jihad menunjukkan kemuliaan ilmu. Allah berfirman:
    "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama mereka dan untuk memberperingatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah:122)
    Orang-orang yang menuntut ilmu memiliki peran penting dalam hal memelihara, menjaga, menumbuhkan, mengaplikasikan dan mendakwahkan ilmu yang dipelajarinya sehingga ajaran agama tetap lestari, insyaAllah.
  4. Ilmu merupakan makanan jiwa.
  5. Meminta tambahan ilmu adalah sesuatu yang diperintahkan Allah kepada rasulNya. Allah berfirman:
    ".... Ya Allah, tambahkanlah ilmu kepadaku." (QS. Thoha:114)
  6. Ilmu merupakan jalan menuju surga. Rasululah bersabda:
    ".... Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya." (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Shahabat Abu Hurairah ra.)
  7. Ilmu adalah sesuatu yang seseorang boleh merasa iri terhadap pemiliknya. Rasululah bersabda:
    "Tidak boleh iri kecuali dalam dua hal ; seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia habiskan hartanya itu untuk membelakan kebenaran, dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya." (H.R Bukhari)
  8. Ilmu yang diamalkan tidak akan berkurang, bahkan sebaliknya akan terus bertambah. Hal ini sebenarnya berlaku untuk segala jenis ilmu. Mengajarkan ilmu akan mendorong seseorang untuk mengulang-ngulang apa yang diketahuinya sehingga pemahamannya akan semakin dalam dan mantap.
  9. Allah menyertakan persaksianNya bersama para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Allah berfirman:
    "Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (demikian pula) para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Ali 'Imran: 18)
  10. Ahli ilmu adalah mereka yang takut kepada Allah. Hal ini tertera pada ayat di awal tulisan ini. Adapun orang-orang yang takut kepada Allah itulah sebaik-baik manusia dan Allah akan membalas mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya pula. Allah berfirman:
    "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
    "Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehedaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al-Hadid: 21)
    "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, imereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
    "Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya."
    (QS. Al-Bayyinah: 7-8)
    Dari poin ini dapat disimpulkan bahwa ahli ilmu bukanlah diukur dari banyak sedikitnya ilmu yang dimiliki melainkan bagaimana dampak ilmu itu terhadap sikapnya, yaitu rasa takutnya kepada Allah. Rasa takut ini yang mendorong seseorang yang beriman melaksankan amal kebajikan.
  11. Para ahli ilmu atau ulama adalah pewaris para nabi. Rasululah bersabda:
    “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, yang mereka wariskan hanyalah Ilmu, maka barang siapa yang telah mengambilnya , maka ia mengambil bagian yang banyak” (H.R Abu Dawud)
  12. Orang-orang yang berilmu adalah manusia terbaik. Allah berfirman:
    “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan menegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 110)
  13. Ulama adalah 'ulil amri yang perlu ditaati sebagaimana tertera dalam QS. An-Nisa: 59, terutama ketika tidak adanya pemimpin formal muslim.
    “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu ” (Q.S An-Nisa : 59)
  14. Malaikat membentangkan sayapnya pada majelis ilmu.
  15. Penuntut ilmu dijauhkan dari laknat dan murka Allah.
  16. dll.
Mengingat pentingnya ilmu, sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka sepatutnya kita berbondong-bondong, berlomba-lomba, mengejar untuk memperoleh ilmu. Sejumlah sarana yang dapat dimanfaatkan antara lain dengan menghadiri majelis-majelis ilmu, membaca kitab-kitab atau tulisan-tulisan keagamaan, mendengar ceramah-ceramah ilmu (kaset, televisi, radio, internet), dan bertanya pada ahli ilmu.

“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan menjadikan
faham tentang agama-Nya”
(H.R Al-Bukhari)
Wallahu a'lam bi ash-showab

No comments: