9.16.2010

9.06.2010

Adzab Terbesar

Apa sesungguhnya adzab terbesar di dunia? Saya terkadang memikirkannya.

Buat saya, kebimbangan dan keraguan adalah jawaban dari pertanyaan itu. Hal-hal semacam itu yang membuat tidak ikhlas. Hal-hal semacam itu yang membuat tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap. Hal-hal semacam itu yang membuat masa bodoh.

Dan pertanyaan yang datang kemudian adalah: apakah saya berada dalam adzab itu?

9.03.2010

Mencari Alasan?!

Mengapa saya terlahir di dunia? Terlahir dengan menanggung semua beban yang kiat sarat dengan bertambahnya waktu, untuk alasan apa?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, mungkin mampir ke setiap pikiran manusia. Ada yang terus mencari dan mencari, atau... akhirnya menyerah.

Yang paling pedih adalah menyerah dengan menjadikan takdir sebagai alasan. Bukankah dengan serta-merta sikap menyerah itu adalah pernyataan yang paling nyata untuk menyalahkan Tuhan. Dan ternyata banyak yang seperti itu.

Sedih....

9.01.2010

(Bukan) Janji

Betapa susah menepati janji. Terutama ketika janji itu adalah janji pada diri sendiri.

Dahulu, nyaris setahun yang lalu, saya berjanji untuk mengisi blog ini... dan ternyata saya tidak mampu memenuhinya. Sejumlah tulisan lebih sering ditampilkan dalam catatan facebook.

Kali ini saya tidak mau berjanji. Saya cuma ingin kembali.

Kisah Seorang Wanita yang Belajar Berkendara

Dari NOTES facebook:


Wanita itu baru bisa mengendarai sepeda motor dan mobil di usianya yang ke-50. Sudah terlalu tua mungkin buat kebanyakan orang. Ada sebuah kisah yang melatarbelakangi mengapa sang wanita demikian lama belajar berkendara.

Dahulu pria yang menjadi pasangannya tak sedikitpun merasa nyaman dengan usaha wanita itu untuk belajar berkendara sepeda motor ataupun mobil. Ratusan kali membujuk, sang pria hanya mengajarkan dengan setengah hati.

Sang wanita menyerah, berpikir positif bahwa sang pria bukan pengajar yang tepat. Maka wanita itu mulai belajar kepada putra dan putrinya, juga keponakannya. Dia terus mencoba dan terus mencoba, namun usaha itu terlihat sia-sia.

Tahun demi tahun berlalu, tidak terlihat sedikitpun kemajuan. Dia berpikir, bahwa sang pria tidak rela dengan usahanya, maka ia pun bertanya pada sang pria pada suatu ketika.

"Kenapa tidak senang saya bisa sepeda motor atau mobil? Bukankah akan sangat menolong jika seandainya ita tidak bisa mengantar saya? Bukankah suatu saat ita bisa sakit?"

Sang wanita sangat sadar bahwa sang pria bukanlah sosok yang over-protective. Dia tahu sebab, sepanjang mereka bersama, sang pria telah mempercayakannya segala urusan-urusannya. Tetapi entah mengapa, tidak untuk yang satu itu.

"Kalau nggomi bisa, nanti tidak ada yang menemani nahu ngobrol dalam mobil," jawab sang pria.

Mengertilah sang wanita. Bertahun-tahun lamanya, sang pria selalu siap mengantarkannya. Ketika kantor mereka saling berlawanan arah, sang pria tetap mengantar dengan senang hati. Bahkan ketika sang pria sakit, sekuat tenaga ia tetap mengantar sang wanita. Sang pria tak ingin sang wanita bepergian sendiri yang membuatnya kehilangan kesempatan mendengar suara wanita itu. Ternyata sang pria membutuhkannya lebih dari sekedar yang dia kira. Maka sejak saat itu sang wanita mengikhlaskan. Ia haru.

Di usianya yang senja, sang pria berangkat lebih dahulu menghadap Yang Kuasa. Sang wanita tersadar, bahwa dirinya pun telah jatuh dalam adiksi yang hebat akan berbagai diskusi yang mereka lewati, terutama di dalam mobil. Buatnya, itu adalah momen tak tergantikan. Oleh apapun. Oleh siapapun.

Dia memutuskan untuk kembali belajar berkendara. Hanya dengan satu alasan.... Agar tidak ada alasan orang lain bisa mengambil posisi sang pria.

Pria-Wanita itu adalah dua orang yang membuat saya ada di dunia. Terimakasih kepada bunda yang telah berbagi cerita ini.

Catatan:
ita : Anda (kata ganti orang kedua yang ditujukan buat orang yang dihormati, bahasa bima)
nggomi: Kamu (kata ganti orang kedua yang ditujukan buat orang yang lebih muda, bahasa bima)
nahu: Saya (kata ganti orang pertama ketika ybs berbicara orang yang lebih muda atau lebih rendah posisinya, bahasa bima)